Relationshit Pt. 1

 

 rltsht

PART 1
Title: Relationshit
Charas: Jihae, Baekhyun, Chanyeol, Jungha
Genres: Romance, Fluff, School
Author: jiikum
Credit poster: elfxotic

Baekhyun bertemu dengan seorang gadis pagi ini. Aneh, tapi matanya terus mengikuti kemanapun gadis itu pergi.Masa highschool Jihae akan hancur hanya karna seorang laki-laki egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri

Ini permulaan yang baik bagi Chanyeol, mungkin. Bagaimanapun juga, ia harus berusaha.

PART 1
scroll down to view more

  Alarm diatas meja Jihae berdering seiringan dengan erangan gadis itu. Ia baru saja menikmati mimpi indahnya sebelum benda itu mengusik mimpinya. Dengan malas, Jihae mencoba duduk dan mematikan alarmnya.

  Ia mengucek matanya sambil berjalan menuju kamar mandi. Tangannya memutar kenop pintu kamar mandi dan menutupnya.

Tak selang berapa lama, ia keluar dari kamar mandi, sambil merapikan seragam yang ia kenakan. Kemudian gadis itu mengambil tasnya dan berjalan ke dapur.

Dia bukan type gadis yang suka memoles diri. Bahkan sangat sulit menemukan make-up di kamarnya.

“Lihat apa yang kita dapat disini.” Tangannya membuka lemari pendingin dan menemukan susu mocha favoritnya tepat didepan pandangannya. Jihae menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman tipis. Jihae memang sangat suka susu mocha. Tidak peduli berapa usianya sekarang, dia tetap suka.

Biasanya, Jihae berangkat ke sekolah menggunakan Bus umum. Orang tuanya ada di New York untuk bekerja, dan Jihae tinggal sendiri di Korea. Jihae bisa –sangat baik malah untuk mengurus dirinya sendiri. Setidaknya, ibunya yang overprotective itu tidak merasa khawatir anak satu-satunya tinggal sendirian di kota Seoul.

Ketika jam menunjukkan pukul enam lebih lima belas, Jihae sudah berada di luar apartemennya dan menanti di halte hingga bus datang. Ia senang datang pagi ke sekolah, selain karna sekolah masih sepi ada sesuatu yang membuat Jihae senang datang pagi, ia bisa menghabiskan sisa waktunya di perpustakaan.

Bagi Jihae sendiri, buku adalah teman terbaiknya di kala sendiri atau mood nya sedang tidak bagus. Tidak ada yang bisa menggeser posisi itu.

Setelah lima belas menit perjalanan, ia akhirnya sampai di sekolah. Jihae baru saja lulus junior highschool dan baru satu minggu bersekolah di sekolah barunya.

Bisa dikatakan sekolah itu sekolah elite. Tentu saja. Apalagi kalau bukan siswa siswi disana berasal dari keluar terpandang.

Ketika Jihae melangkahkan kakinya hendak memasuki perpustakaan, ia mendapati bukan hanya dirinya yang datang pagi dan pergi ke perpustakaan. “Halo, Jihae.” Suara wanita paruh baya menyapa Jihae. Gadis itu tersenyum “Halo, Ms. Han,” balasnya membungkuk sopan. “Kurasa bukan hanya aku yang datang pagi dan pergi ke perpustakaan.” Tambah Jihae sambil menunjuk seorang laki-laki yang sedang tertidur disalah satu meja disana.

“Baekhyun datang untuk tidur sedangkan kau datang untuk meminjam buku. Kupikir itu tidak cocok untuk disamakan.” Canda Ms. Han yang disambut tawa oleh Jihae. “Aku tidak pernah melihat laki-laki itu disekolah. Jadi namanya Baekhyun?” gadis itu menerawang.

Memang, dirinya merasa belum pernah melihat pria itu disekolah. Kenapa tahu-tahu ia menemukan sosok asing itu di perpustakaan?

Ms. Han mengangguk meng iya kan. “Sebelum kau bersekolah disini, Baekhyun sering datang kemari untuk tidur. Walaupun dia siswa andalan para guru, sungguh kebiasaan ini tidak pantas ditiru.” Jihae hanya mengangguk pelan sambil mengamati laki-laki berambut abu-abu yang sedang tertidur itu.

Baekhyun tidur menghadap arah lain dari Jihae berdiri, ia hanya dapat melihat rambut laki-laki itu. Setidaknya untuk saat ini. Ms. Han berbicara banyak tentang Baekhyun –termasuk betapa populernya Baekhyun disekolah, dan Jihae dengan senang hati mendengarkannya. Tapi mengingat waktu yang menipis, Jihae memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dan mulai memilih buku apa yang akan dirinya pinjam.

Kaki Jihae membimbingnya untuk berjalan ke rak buku raksasa ber kategori kan “MITOLOGI” dan mengambil beberapa buku dari sana. Gadis itu memang suka hal-hal berbau mitologi, terutama karna ia sejenis terobsesi dengan dewa.

Tak butuh waktulama bagi Jihae untuk memilih buku. Baginya, semua buku sama menyenangkannya untuk dibaca.

Ketika Jihae berbalik dan hendakberjalan menuju salah satu meja, dirinya menyadari kalau laki-laki berambut abu-abu itu sudah terbangun dan sedang mengamati dirinya yang memeluk beberapa buku.

Orang itu, yang tadi Ms. Han bilang bernama Baekhyun, menatap lurus ke mata Jihae. Jihae menahannafas ketika matanya dan Baekhyun bertemu. Buru-buru dirinya membuang pandang ke lantai sebelum jantungnya berdegup lebih cepat.

 

###

  Kelas sudah ramai ketika Jihae kembali dari perpustakaan. Ia sempat berpikir betapa bodoh sikap dirinya tadi. Selama perjalanan menuju kelas, ia terus memikirkan bagaimana mata indah itu menatapnya, bagaimana mata laki-laki itu seakan menguncinya dan menariknya kedalam, bagaimana bisa ada seoranglaki-laki yang menatapnya seperti yang Baekhyun lakuka tadi?

“Oh,Byun Jihae!” sapa Jungha. Jihae baru saja memasuki kelas, tentu masih dengan pikiran yang dipenuhi Baekhyun-dan-mata-indahnya.

Jung Jungha adalah teman baik Jihae. Bisa dibilang satu-satunya. Tapi ia tidak keberatan dengan itu. Malah gadis itu pikir, memiliki satu teman dekat yang setia lebih baik daripada banyak teman tapi semua palsu.

“Baru datang? Kenapa bawa buku sebanyak itu?” jungha melirik buku yang dibawa oleh Jihae. Jujur saja, Jungha kagum pada Jihae. Jihae cantik, baik, pintar, dan keluarga juga terpandang. Ia hanya heran ternyata masih ada wanita seperti Jihae didunia ini.

“Tidak. Aku ke perpustakaan dulu tadi.” Jungha mengangguk mengerti.

Jihae baru saja menduduki bangkunya ketika Chanyeol, yang menjabat sebagai ketua kelas dan Sehun, wakil ketua kelas. Mereka berdua siswa teridiot dikelas, begitu lah teman-teman Jihae menyebutnya. Dan ke idiotan mereka terbukti saat Chanyeol bersuara, menyuarakan suara serak dan beratnya.

“Aku dan Sehun menambahkan sebuah peraturan disini.” Seisi kelas hening saat suara Chanyeol memenuhi seluruh kelas. “Jadi kupikir, bagaimana kalau kita buat sesuatu yang berbeda dari kelas lain. Maksudku, agar kita terlihat unik,” chanyeol memegangi tengkuknya sebelum akhirnya berbicara kembali.

“Aku berpikir semalaman apa yang bisa kuperbuat untuk kelasku dan mendapatkan sebuah ide,” tidak ada yang bersuara. Hanya memandangi Chanyeol yang sedikit salah gelisah. Mungkin laki-laki bertubuh jangkung itu ragu untuk mengemukakan idenya.

“Aku dan Sehut sepakat untuk menambahkan ini ke dalam daftar peraturan yang hanya kita yang boleh tahu. Wali kelas apalagi guru tidak boleh tahu.”

Beberapa siswa terlihat mengerutkan dahi dan menaiikkan alis. Begitu pula dengan Jihae. Ia hanya berpikir, peraturan apa yang dibuat Chanyeol dan Sehun hingga wali kelas dan guru tidak boleh mengetahui ini.

“Semua gadis di kelas ini, dilarang untuk membawa kakak kelas laki-laki nya kemari. Sanksi yang diberikan adalah mentraktir seisi kelas selama seminggu. Bila kejadian terulang pada orang yang sama dan hukuman belum selesai, maka hukuman akan dilipat gandakan. Alasan tidak akan diterima.”

Jihae melotot mendengar apa yang Chanyeol katakan. Dilarang? Kakak kelas? Laki-laki? Sanksi? Peraturan macam apa ini? Apa maksud Chanyeol membuat peraturan bodoh seperti ini?

Baiklah. Masa highschool nya akan hancur sebentar lagi hanya karna Chanyeol dan Sehun. Jihae memutar bola matanya melihat Chanyeol tersenyum idiot.

“Idiot.” Jungha mendesah kesal.

Ya. Baimana bisa ada orang seidiot itu? Chanyeol tahu pasti idenya ini ditentang habis-habisan. Tapi membayangkan gadis itu bersama laki-lakilain adalah mmimpi terburuk bagi Chanyeol. Ia hanya ingin gadis itu tidak mendekati atau didekati laki-laki lain. Kecuali dirinya, pasti.

“Chanyeol apa maksudmu?” jihae angkat bicara. Lebih tepatnya,pembela kebenaran. Tapi bukan pahlawan bertopeng. (Hahahaha authornya jayus hahahha jenaka deh-_-)

Chanyeol mendesah. “Ini sederhana. Kalian, para gadis tidak diperbolehkan membawa kakak kelas laki-laki ke kelas ini. Kalau ada, orang itu akan mendapat sanksi yang tadi sudag kusebut kan. Apa susahnya peraturan ini? Lagi pula, jumlah siswa disini seimbang. Tampan dan juga cantik. Kupikit, akan seru kalau satu kelas ini saling mengencani teman sekelasnya.”

Seisi kelas terperongoh tidak percaya dengan apa yang Chanyeol katakan. Kencan? Bahkan baru satu minggu mereka bersekolah dan bertemu. Kenapa sudah membicarakan kencan?

“Chanyeol jika ini ambisimu, jangan libatkanyanglain.” Jihae berkata dengan dahi berkerut. Chanyeol sedikit terkejut. Ia hanya berpikir bagaimana Jihae bisa tahu tentang ambisi itu.

“Oh ayolah, ini pasti akan seru!” laki-laki itu merajuk. Wajah Chanyeol yang welas asih membuat seisi kelas muak dan memutuskan untuk pasrah. Setidaknya Chanyeol bisa bernafas lega karna rencana ini berhasil.

“Jangan lega dulu, Park Chanyeol. Aku akan tetap bertemu dan mengencani seorang sunbae di di luar sekoalh.” Jihae melipat sikunya dan berkata tanpa keraguan.

Chanyeol tersentak. Kutarik kembali ucapanku. Chanyeol belum bisa bernafas lega. Gadis itu, Byun Jihae, akan sedikit sulit untuk mendapatkannya.

Peraturan nomor 4 menyebutkan, gadis kelas yang membawa kakak kelas laki-laki aka mendapatkan sanksi. Alasan tidak akan diterima.

###

  Hari ini kota Seoul mendapat cayaha matahari sedikit lebih banyak dari hari biasanya. Setelah bel pulang sekolah berdentang, Baekhyun tidak berminat pulang cepat. Ia memilih untuk pergi ke ruang musik yang terdapat piano tua di dalamnya.

Banyak yang berkata bahwa ruang musik itu berhantu. Tapi Baekhyun tidak mudah percaya dengan gossip semacam itu. Buktinya, dirinya baik-baik saja hingga sekarang, tidak ada kejadian aneh. Bahkan terkadang, setelah bel pulang sekolah berdentang, Baekhyun datang sekedar menghibur diri menekan tuts-tuts piano tua dan membentuk sebuah irama.

Lalu, ia datang untuk tidur. Disamping ruang musik ada teras yang biasa Baekhyun tempati untuk tidur saat ia membolos, selain perpustakaan. Karna kebetulan ruang musik itu ada di lantai dasar, tidak susah bagi Baekhyun untuk melompati besi-besi pembatas teras.

Baekhyun memutuskan untuk tidur sebelum matanya menangkap seorang gadis berjalan sendiri sambil memeluk beberapa buku. Baekhyun terus mengamati gadis itu sampai akhirnya gadis itu duduk dibawah pohon tidak jauh dari teras ruang musik.

   Apa yang dia lakukan disini? Pikir Baekhyun.

Pertanyaan itu terjawab saat gadis itu menaruh tas dan buku-bukunya di tanah. Menarik nafas dan mulai memejamkan mata. Gadis itu tersenyum seiringan dengan angin yang bertiup lembut dan sinar matahari yang menerpa wajahnya.

   Benar-benar… cantik.

  Selama beberapa saat Baekhyun terbius olehnya. Tanpa sadar, sudut-sudut bibir Baekhyun tertarik membentuk sebuah senyuman. Baekhyun berpikir sejenak sebelum akhirnya berdiri dari tempatnyya sekarang dan berjalan mendekati gadis yang mampu membiusnya itu.

  Gadis itu masih menutup rapat matanya. Lebih cantik dilihat dari dekat. Baekhyun masih tersenyum, seakan gadis yang berada dihadapannya sekarang ini mengunci bibirnya untuk terus tersenyum.

  “Hai,” sapa Baekhyun. Gadis itu terkejut dan matanya membersar karna itu. Baekhyun baru mengingatnya. Itu mata gadis yang ia temui di perpustakaan pagi ini.

  “Astaga! Kau mengejutkan ku, tahu?” ucapnya. Baekhyun tahu dirinya salah karna mengejutkannya, tapi ia tidak tahu harus melakukan apa untuk bisa mengobrol dengan Jihae.

  “Maafkan aku. Bukan maksudku untuk mengejutkan mu.” tanpa disuruh, Baekhyun duduk dengan jark yang cukup disebelah Jihae.

  “Apa yang kau lakukan disini?” sebelum Jihae menjawab, laki-laki itu sudah berucap kembali, “Tidur?” Jihae mengangkat bahu ragu.

  “Apa aku mengganggu tidurmu?” tanya Baekhyun menerawang. Jihaemenggeleng. “Tidak. Sama sekali tidak.”

  “Sejujurnya, aku tidak bisa tidur akhir-akhir ini. Jadi aku berpikir untuk mencari tempat yang sunyi, yang bisa membuatku tertidur. Dan aku menemuka tempat ini –oh, astaga! Aku terlalu banyak bicara. Maaf.” Jihae tidak tahu pasti, tapi dirinya melihat laki-laki itu tersenyum simpul.

  “Kalau begitu tidurlah. Aku akan menjagamu.” Ucapnya. Jihae menatap Baekhyun dan begitu pula Baekhyun yang balik menatap Jihae. Aneh, degup jantung Jihae tidak terkendali lagi.

  Wow Byun Baekhyun tahan. Bukankah ini terlalu terburu-buru?

  “Apa?”

  Jihae tersadar dan cepat-cepat menggeleng. Ia menekuk kedua tangannya sebagai bantal dan mulai memejamkan mata. Sedangkan Baekhyun yang melihat Jihae memejamkan mata, kembali memandangi gadis itu. Untuk kedua kalinya, gadis itu berhasil membius Baekhyun.

  “Kau tahu , ini pertama kalinya aku tidur dengan seorang laki-laki.” Baekhyun tertawa kecil karna ucapan Jihae. Ah, andai saja Jihae melihat tawa Baekhyun tadi.

  Jihae tidak menyadari kalua ponsel yang ia taruh didalam tas terus bergetar. Gadis itu masih dalam posisi berbaring dan Baekhyun duduk di sebelahnya.

  “Namaku Byun Jihae. Kelas 10-4. Aku pernah melihatmu sebelumnya. Di perpustakaan, pagi ini.” Ucap Jihae masih dengan mata terpejam. Terlalu malas membuka mata, atau takut melihat wajah Baekhyun yang membuat jantungnya berdegup kencang?

  “Ya. Aku masih mengingatnya. Dan, aku Byun Baekhyun. Kelas 12-1.” Balas Baekhyun.kakak kelas?

  Jihae tidak menyangka Baekhyun adalah kakak kelasnya. Bagaimana bisa laki-laki seimut itu ternyata sudah kelas dua belas? ah, mungkin Jihae lupa yang dikatakan Ms. Han pagi ini.

  Memorinya memutar kejadian pagi ini. Tentu saja kejadian disaat Chanyeol meresmikan peraturan bodoh itu. Ah, dia bisa gila.Untuk beberapa saat, Jihae membisu.

  Terlalu banyak yang ia pikirkan sampai-sampai dirinya sendiri bingung. Waktu berlalu cukup cepat.

  Mereka berdua mendengar bel terakhir dibunyikan lewat speaker yang tersebar di sudut-sudut sekolah. Rupanya sudah hampir sore. Baekhyun melihat gadis itu membuka matanya perlahan. Kemudian ia mensejajarkan posisinya dengan Baekhyun.

  Jihae memulai obrolan. Setidaknya untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung. “Jadi, apa yang kau lakukan disini?” Baekhyun terdiam sejenak. Memikirkan jawaban apa yang tepat. “Tidur.” Jawabnya kemudian. Jihae menoleh dengan kerutan di dahinya.

“Lagi?”

“Ya.”

“Kau tidak lelah?”

“Tidak.”

  Jihae mengangguk mengerti. “Kalau boleh jujur, aku kesini bukan hanya untuk tidur. Tapi juga untuk mendegarkan permainan piano siang hari.” Gadis itu melirik ruang musik yang tak jauh dari tempatnya sekarang.

“Permainan piano siang hari?”

“Ya.”

  Baekhyun tersenyum. Dirinya mungkin saja sudah mengerti apa yang gadis itu maksud. Tapi cerita gadis itu terdengar sangat menarik baginya.

  “Ada yangmemainkan piano diruang musik tua itu setiap kali aku datang kemari. Dentingannya terdengar sampai sini jadi aku tidak perlu meloncati besi-besi pembatas untuk mendengarkan permainan itu. Salah satu alasku datang ke tempat ini karna aku suka sekali dengan permainan piano itu.”

  “Suka sekali?” Baekhyun memperjelas.

  “Ya. Biasanya kalau aku tahu lagu apa yang dia mainkan, tanpa sadar aku akan ikut bernyanyi. Tapi kalau tidak tahu, aku hanya mendengarkannya.” Ucap Jihae bersemangat.

  Baekhyun mendesah. “Kenapa kau tidak datang ke ruang musik dan mencari tahu siapa yang memainkannya?” Jihae berpikir sejenak. “Tidak. Tidak perlu. Kau tahu kan, kabarnya ruangan itu berhantu. Bagaimana jika aku mendapati piano itu bermain dengan sendirinya?” Baekhyun tertawa. Ini aneh, baru sekali ia melihat laki-laki itu tertawa. Tap kenapa rasanya tidak asing?

  “Mana ada hantu di siang bolong?” kata Baekhyun sambol tertawa. Benar juga. Benar juga karna mana ada hantu di siang bolong dan benar juga karna dirinya yakin tawa laki-laki itu tidak asing baginya.

  Sebenarnya, Baekhyun mau-mau saja menjelaskan pada Jihae tentang permainan piano siang hari, tapi dia berpikir sekarang bukan waktu yang tepat.

  Mungkin setelah ini, Baekhyun menjadi lebiih bersemangat datang ke ruan gmusik setelah bel pulang berdentang.

  Jihae menarik tasnya ke dalam pelukan dan merasakan ponselnya bergetar. Sebelum ia sempat menjawab telpon itu, sambungannya sudah terputus. “Astaga 16 missed call!” ia berguman. Baekhyun mendengar Jihae bergumam dan melirik ponsel yang gadis itu genggam lalu beralih ke ekspresi Jihae. Cemas? Mungkin itu tepat.

  Tak lama, ponsel Jihae kembali bergetar. Cepat-cepat ia menjawabnya, “Halo. Chanyeol? Tentu saja, suaramu khas… dekat ruang musik tua… sekarang? Mm, baiklah aku akan segera kesana. Bye.’

  Siapa Chanyeol? Pikir Baekhyun.

  Bersamaan dengan sambungan yang terputus, Jihae berdiri dan memungut buku yang tadi ia letakkan di tanah. “Kurasa aku harus pergi sekarang. Senang bisa berkenalan denganmu, sunbae.” Ia membungkuk sopan dan berbalik kalau saja Baekhyun tidak menahannya.

  “Tunggu. Kita akan bertemu lagi, bukan?” Jihae tersenyum. Baru sekali Baekhyun melihat senyum seperti ini. Dan Baekhyun merasa dirinya, utuh?

  “Tentu saja. Sampai bertemu lagi.” Ketika gadis itu berbalik dan berjalan pergi, perasaan itu seakan melayang dan hilang.

TO BE CONTINUE

 

an. sorry cause late post. i've promised to post yesterday but i was so busy. i hope you guys enjoy this story.

ANYWAY. this actually remake from Boy Student not Allowed. so if you feel this story similiar ofc yes cause this is a remake. see you next week!